Selasa, 12 November 2013

Al Ma'un

Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang
  1. Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama?
  2. Maka itulah orang yang menghardik anak yatim,
  3. dan tidak mendorong memberi makan orang miskin.
  4. Maka celakalah orang yang salat,
  5. (yaitu) orang-orang yang lalai terhadap salatnya,
  6. dan enggan (memberikan) bantuan.
Astaghfirullah... Seringkali saya menjadi orang yang disebutkan dalam ayat ini.

Al Kautsar

Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang
  1. Sungguh, Kami telah memberimu (Muhammad) nikmat yang banyak.
  2. Maka laksanakanlah salat karena Tuhanmu, dan berkurbanlah (sebagai ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah).
  3. Sungguh, orang-orang yang membencimu dialah yang terputus (dari rahmat Allah).

Al Kafirun

Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang
  1. Katakanlah (Muhammad), "Wahai orang-orang kafir!
  2. Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah,
  3. dan kamu bukan penyembah apa yang aku sembah,
  4. dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah,
  5. dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah apa yang aku sembah.
  6. Untukmu agamamu, dan untukku agamaku.

An Nasr

Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang
  1. Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan,
  2. dan engkau melihat manusia berbondong-bondong masuk agama Allah,
  3. maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampunan kepada-Nya. Sungguh, Dia Maha Penerima tobat.

Al Lahab

Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang
  1. Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan benar-benar binasa dia!
  2. Tidaklah berguna baginya hartanya dan apa yang dia usahakan.
  3. Kelak dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak (neraka).
  4. Dan (begitu pula) istrinya, pembawa kayu bakar (penyebar fitnah).
  5. Di lehernya ada tali dari sabut yang dipintal.

Al Ikhlas

Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang
  1. Katakanlah (Muhammad), "Dia- lah Allah, Yang Maha Esa.
  2. Allah tempat meminta segala sesuatu.
  3. (Allah) tidak beranak dan tidak pula diperanakkan.
  4. Dan tidak ada sesuatu yang setara dengan Dia."

An Nas

Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang
  1.  Katakanlah, "Aku berlindung kepada Tuhannya manusia,
  2. Raja manusia,
  3. Sembahan manusia,
  4. dari kejahatan (bisikan) setan yang bersembunyi,
  5. yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia,
  6. dari (golongan) jin dan manusia."

Senin, 11 November 2013

Sang Khalifah: Umar ibn Khattab -- Ia berharap umat bersatu



Ketika ia dibunuh saat akan mengimami shalat subuh, perkataannya menyiratkan bahwa ia ingin sekali agar umat Islam bersatu.
“Luruskanlah barisan kalian,” kata Umar.
Setelah saf lurus, Umar membalikkan baddan, menghadap kiblat. Para jamaah bersiap-siap menunggu takbir sang imam. Waktu bergulir beberapa jenak. Suara takbir sang khalifah belum juga terdengar. Yang terdengar adalah suara sang khalifah yang berkata lain:
“Seekor anjing telah menikamku.”
Jasad Umar seketika itu juga ambruk. Ia roboh. Darah bersimbah membasahi jubah sang khalifah dan lantai mihrab.
Seseorang telah menikam Umar. Ia berdiri di saf pertama, tepat di belakang Umar. Orang tersebut segera kabur dari masjid, sambil menikam siapa saja yang ia temui di kanan dan kirinya, hingga mengenai tiga belas orang lelaki lainnya, tujuh di antara mereka meninggal dunia.
Umar yang tengah terkapar menarik Abdurrahman ibn Auf untuk mengimami shalat, sementara orang-orang berhamburan meraih Umar. Suasana di dalam masjid seketika berubah dipenuhi kecemasan an kepanikan.
“Subhanallah, subhanallah. Innalillahi. La ilaha illallah,” teriak mereka.
Abdurrahman ibn Auf mengimami shalat dengan sangat cepat. Setelah selesai shalat, Umar bertanya kepada Abdullah ibn Abbas yang memangku dirinya,
“Wahai Putra Abbas, siapakah yang membunuhku?
“Budak Mughirah,” jawab Ibnu Abbas.
“Apakah dia al-Shun’ (Abu Lu’luah Fairuz)?” tanya Umar.
“Ya,” jawab Ibnu Abbas.
“Padahal aku telah memerintahkan kebaikan kepadanya. Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang tidak menjadikan pembunuhku adalah orang Islam,” kata Umar.

Itulah sepenggal kisah di waktu-waktu ketika Umar ibn Khattab akan wafat. Jauh beberapa waktu sebelumnya ia pernah berdoa agar ia bisa mati syahid, tidak terbunuh di tangan orang Islam. Sungguh ketika umat Islam saling membunuh, maka perpecahan di antara umat mulai muncul. Itu menandai pembangkangan umat kepada Allah swt. “Alhamdulillah,” Umar bersyukur karena Allah mengabulkan doanya saat ajal menjemput.
Persatuan adalah salah satu kunci timbulnya perdamaian.